Mutilasi Kapal Tua

Terdengar desis besi tua yang terlihat merah merona usai di adu dengan sebuah alat pemotong besi dari sebuah kawasan pesisir Jakarta. Tempat ini identik dengan nelayan dan tidak lepas dari sebuah tempat pemotongan kapal-kapal dari sinilah masyarakat pesisir Cilincing mendapatkan
sebagian rezekinya.

Lokasinya yang minim keselamatan dan juga di batasi tanggul antara daratan dengan laut jakarta, serta bau semerbak besi tua dan oli seolah menjadi makanan sehari-hari yang bercampur aduk di dalam kawasan.

Salah satu dalam pengerjaan, contohnya kapal Golden Ocean yang berasal dari German di datangkan langsung usai berlayar di Pulau Kalimantan dengan bobot 90 ton yang di taksir seharga 10 miliyar memiliki luas seluas lapangan sepak bola ini di potong oleh para pekerja dalam kurung waktu kurang lebih 8-12 bulan. Total Pekerjanya pun, sekitar 30-50 pekerja baik di dalam kapal atau pun di luar kapal.

Upah pekerja berbeda-beda tergantung dari bobot pekerjaannya, mulai dari pemotong besi tua, pemilah besi dan pemisah oli di dalam kapal serta dua penjaga yang memiliki gaji yang berbeda.

"saya sudah bekerja disini sejak kapal golden ocean ini di rencanakan akan di belah sekitar 3 bulanan, dengan upah 150 ribu perharinya" ujar Tsamirin (46) tahun.

Lain hal dengan oscar (18) dia bekerja sebagai pemotong kapal besi tua dan baru sebulan bekerja di golden age tersebut memiliki upah 230 ribu perhari "saya disini sebagai pemotong besi tua kerjanya lebih memakan resiko makanya di gaji lebih tinggi dari pemilah besi tua", ujarnya.

Kapal setinggi kurang lebih 20 meter memiliki resiko yang tinggi dalam pekerjaannya, para pekerja membutuhkan keberanian dan mental yang kuat karena resiko yang dialaminya tinggi akibat dari ketidakamanan dan kurangnya fasilitas keamanan yang memadai dalam pekerjaan ini.

Mulai dari pukul 07.00 - 17.00 mereka bekerja yang juga terkadang mereka melakukan istirahat di sela-sela pekerjaannya di karenakan pekerjaan mereka yang amat berat.

Tak ayal, membuat mereka melakukan kegiatan yang membuat mereka bahagia di tengah-tengah pekerjaan mereka, mulai dari makan bareng hingga minum es tebu bareng usai melakukan pekerjaan yang membuat penat tersebut.

"Kita kalo sore biasanya minum tebu yang lewat disini, harganya cuma 2 ribu buat ngilangin haus yang selalu datang" lanjut tsamirin sambil minum tebu yang di belinya.

Sebagai para pekerja banyak resikonya yang di jalani, mulai dari gangguan pernapasan hingga kecelakaan tertimpa besi besi yang usai di potong. Namun pekerjaan ini adalah pekerjaan yang menjanjikan dimana harga besi tidak terjadi fluktuasi dan membuat masyarakat Cilincing senang menjalani pekerjaan yang penuh resiko ini.


Komentar

Postingan Populer